Senin, 30 Mei 2011

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF


Disusun oleh :
   
    Iwuk Wijayanti    (09203241023)
    Pujiati                  (09203241025)
   Sulistanti               (09203241031)
   

PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011



KATA PENGANTAR

    Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
    Makalah ini memuat tentang hal-hal yang terkait tentang “Pengembangan Pembelajaran yang Efektif”,    kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, namun kami berharap  dapat bermanfaat bagi pembaca.
    Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah STRATEGI BELAJAR MENGAJAR yaitu Bu Wening Sahayu M.Pd yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
    Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Terima kasih.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan.
B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian Pembelajaran yang Efektif?
2.    Pendekatan apa saja yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang efektif?
3.    Metode apa yang digununakan untuk pengembangan pembelajaran yang efektif?

C.    TUJUAN
1.    Mengetahui pengertian pembelajaran yang efektif.
2.    Mengetahui pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang efektif.
3.    Mengetahui metode apa yang digunakan untu mengembangkan pembelajaran yang efektif.

D.    MANFAAT
1.    Agar kita mengetahui pengertian pembelajaran yang efektif.
2.    Agar kita mengetahui pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang efektif.
3.    Agar kita mengetahui metode yang tepat dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif.



BAB II
LANDASAN TEORI

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor (1981:227) mengatajan bahwa “Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarrily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran.
Konsep-konsep yang harus dikuasai telah ditetapkan dalam silabus yang disajikan dalam bentuk kompetensi dasar dan indikator hasil belajar dalam program pembelajaran. Peters mengemukakan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung kepada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Pendapat ini diperkuat oleh Taba (1986) yang menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan peserta didik, bahan pelajaran, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran.




BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran  yang efektif  berarti mencapai tujuan, siswa belajar meraih target sesuai dengan kriteria target pada perencanaan. Mengajar yang efektif jika siswa dapat menyerap materi pelajaran dan mempraktekannya sehingga memperoleh keterampilan  terbaiknya. Mengajar yang efektif berarti guru dapat menggunakan waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil setinggi-tingginya. Jadi mengajar yang efektif berarti mengajar yang efisien.
Efektif itu artinya mencapai target yang ditetapkan dalam rencana. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran yang efektif adalah yang menetapkan kiteria target dan guru melakukan pengukuran pencapaian.  Jadi, mengajar yang efektif itu jika pelaksanaannya terdapat instrumen untuk mengukur keberhasilan dan melaksanakan pengukuran.
Kaidah yang berlaku dalam penerapan standar, pembelajaran dinyatakan efektif jika menggunakan metode yang bervariasi. Nah, yang satu ini memang beresiko. Perlu ada sistem penjaminan bahwa kebervariasian menggunakan metode itu benar-benar mengarah pada pencapaian tujuan. Jika tidak maka kebervariasian itu tidak menjamin berkembangnya motivasi dan minat siswa belajar.
Jika kebervariasian metode mengajar menjadi ciri efektifnya guru mengajar, maka guru yang profesional harus ditandai dengan menguasai sejumlah metode dan mampu mengaplikasikannya. Pekerjaan itu baru sempurna dinyatakan efektif jika benar-benar memfasilitasi siswa belajar untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu aspek psikologis menunjuk pada kenyataannya proses belajar itu sendiri mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya (Gagne, 1984).
Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1.    Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru, Pemanasan dan apersepsi ini dapat dapat dilakukan sebagai berikut.
a.    Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahuidan dipahami peserta didik.
b.    Motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka.
c.    Gerakkan peserta didik agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2.    Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut dapat ditempuh sebagai berikut.
a.    Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik;
b.    Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik;
c.    Kompetensi, dengan meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi baru.
3.    Konsolidasi Pembelajaran
Konsolodasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut.
a.    Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru;
b.    Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah aktual;
c.    Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat;
d.    Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik.
4.    Pembentukan Kompetensi, Sikap, dan Perilaku
Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut.
a.    Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari;
b.    Praktekkan pembelajaran secara langsung secara langsung, agar peserta didik dapat membangun kompetensi, sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari;
c.    Gunakan metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap dan perilaku peserta didik.
5.    Penilaian Formatif
a.    Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik;
b.    Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik;
c.    Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

B.    Pendekatan dalam Pembelajaran yang Efektif

a.    Pendekatan Konstekstual
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang   belajar sebagai berikut.
1.    Proses belajar
?    Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
?    Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
?    Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
?    Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
?    Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
?    Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
?    Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2.    Transfer Belajar
?    Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
?    Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
?    Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3.    Siswa sebagai Pembelajar
?    Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
?    Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
?    Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
?    Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4.    Pentingnya  lingkungan Belajar
?    Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
?    Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
?    Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
?    Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.


b.    Karakter Pendekatan Konstektual
?    Kerjasama
?    Saling menunjang
?    Menyenangkan, tidak membosankan
?    Belajar dengan bergairah
?    Pembelajaran terintegrasi
?    Menggunakan berbagai sumber
?    Siswa aktif
?    Sharing dengan teman
?    Siswa kritis guru kreatif
?    Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar artikel, humor dan lain-lain
?    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

c.    Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

d.    Penerapan Pendekatan Konteksual di Kelas
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1.    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2.    Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.    kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.    Ciptakan masyarakat belajar
5.    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6.    Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7.    Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
   
e.    Tujuh komponen CTL

1.    Kontruktivisme
•    Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
•    Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan,
2.    Inquiry
•    Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
•    Siswa bealjar menggunakan kerampilan berfikir kritis.
3.    Questioning (bertanya)
•    Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
•    Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4.     Learning community (masyarakat belajar)
•    Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
•    Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
•    Tukar pengalaman.
•    Berbagi ide.
5.    Modeling (pemodelan)
•    Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
•    Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
6.    Reflection ( refleksi)
•    Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
•    Mencatat apa yang telah dipelajari.
•    Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
7.     Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)
•    Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
•    Penilaian produk (kinerja).
•    Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

f.    Karakteristik Pembelajaran CTL
•    Kerjasama
•    Saling menunjang
•    Menyenangkan, tidak membosankan
•    Belajar dengan bergairah
•    Pembelajaran terintegrasi
•    Menggunakan berbagai sumber
•    Siswa aktif
•    Sharing dengan teman
•    Siswa kritis guru kreatif
•     Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
•    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

C.    Metode Pembelajaran Efektif
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.
a.    Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
b.    Metode Role Play
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1.  Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2.  Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
c.    Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1.  Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2.  Berpikir dan bertindak kreatif.
3.  Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4.  Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5.  Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6.  Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7.  Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1.  Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2.  Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
d.    Metode Problem Based Instruction
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
e.    Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut.
f.    Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
g.    Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
h.    Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
i.    Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
j.    Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
k.    Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
l.    Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
m.    Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Salah satu permasalahan kontemporer dari dunia pendidikan saat ini adalah tidak efektifnya metode belajar-mengajar. Sehingga titik temu yang dihasilkan dari keinginan dan kemampuan guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar tidak optimal. Kadang guru lebih nyaman dengan metode pemberian tugas, tapi siswanya justru lebih bisa menangkap jika ada penjelasan dari guru. Inilah PR kita bersama: mempertemukan keduanya di titik optimal.
Kunci utama dari permasalahan ini adalah tertutup atau tersumbatnya keran demokrasi dan komunikasi. Sehingga kedua belah pihak tidak bisa saling memberi masukan. Untuk itu, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuka keran itu. Buatlah siswa menjadi lebih mudah menyampaikan aspirasinya. Hilangkanlah gengsi feodalisme yang kuno itu. Bukankah pendidikan ini sebenarnya untuk mereka?
Setelah berbagai masukan telah ada di tangan segera seleksi. Mana yang sekiranya benar-benar dibutuhkan siswa secara umum. Apakah pembelajaran yang berbasis IT? Apakah pembelajaran yang lebih fokus pada diskusi? Atau yang lain. Tapi ingat, hal ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan guru sebagai salah satu stakeholder di sekolah.
Selain efektif, metode tersebut juga harus terintegrasi. Mengapa? Karena dari kasus yang saya alami, ada beberapa guru yang punya metode belajar-mengajar yang efektif dan disukai siswa tapi guru yang lain tidak. Untuk itulah, kepala sekolah beserta jajaran staffnya harus menstadardisasikan dan mengintegrasikan metode tersebut. Agar diharapkan, semua guru dapat mempraktekkannya. Meski pemerintah telah menggariskan sebuah kurikulum yang cukup baik (KTSP), setiap sekolah juga harus mengejawantahkannya ke dalam program aksi dan metode-metode praktis. Karena itulah sebenarnya masalahnya, ide konseptual yang telah digariskan pemerintah sulit berjalan baik karena sekolah tidak mengejawantahkannya ke dalam hal-hal yang sifatnya lebih praktis.
B.    Saran
Sebagai siswa, Kami punya beberapa saran khususnya untuk para guru yang saya cintai demi metode belajar-mengajar efektif yang sama-sama kita cita-citakan ini, antara lain:
1. Mengganti sifat galak dan tertutup dengan sifat akrab dan terbuka (tapi tetap tegas untuk masalah prinsip)
2. Selalu update tentang perkembangan zaman dan menceritakannya dalam setiap pembelajaran
3. Menjadikan setiap pelajaran ‘practicable’ dengan cara menguhubungkannya dengan kehidupan sehari-hari dan isu-isu aktual
4. Menyelipkan pembelajaran etika dan moral sebagai langkah penyeimbangan kecerdasan siswa
5. Membuat siswa kagum dengan ‘ciri khas’ guru sehingga pentransferan ilmu menjadi lebih mudah
6. Berusaha untuk mengenali setiap siswa sebagai langkah perubahan ‘image’ menjadi lebih akrab dan terbuka
7. Pacu terus mereka untuk aktif bertanya
8. Hindari memberikan tugas yang sekedar menyalin dari buku cetak
9. Sering-seringlah meminta feedback dari siswa tentang metode mengajar yang mereka inginkan.
Semoga, saran-saran saya di atas bisa bermanfaat. Demi kebaikan kita semua: Masyarakat Indonesia. Karena pendidikanlah yang akan menjadi pondasi kokoh dari kemajuan bangsa ini. Oleh karena itu, menghasilkan pelajar yang bermutu adalah tugas kita bersama.


DAFTAR PUSTAKA


Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2001 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Underwood, Mary. 2000. Pengelolaan Kelas yang Efektif Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Arcan.
Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Minggu, 29 Mei 2011

TRENNBARE VERBEN UND UNTRENNBARE VERBEN

Apa itu Trennbare verben dan untrennbareverben???

A. Trennbare Verben – Kata kerja yang dapat dipisahkan

Trennbare Verben adalah kata kerja yang mempunyai dua bagian kata. Pada saat dikonjugasikan awalan kata kerja tersebut harus dipisahkan dan diletakan pada akhir kalimat. Pengucapan kata kerja ini selalu mengalami tekanan suara/aksen. Ciri-ciri dari trennbare Verben yaitu kata kerja yang mempunyai awalan sebagai berikut :
Präfix(awalan)     Invintiv             Beisipel
ab                       abfahren          Wann fährt der Zug ab? (Kapan Kereta Api itu berangkat?).
an                     ankommen     Der Bus kommt um 13.30 Uhr im Bahnhof. (Bus tiba pada jam 13.30 diStasiun)                                
auf                     anrufen             Er ruft seinen Sohn an.(Dia menelpon anak laki lakinya.)
aus                    ausgehen           Wir gehen heute Abend aus.(Kami pergi keluar nanti malam)
bei                    beitreten           Ich trete dem Badminton Verein bei. (Saya menjadi anggota club bulutangkis)
dar                  darstellen         Die Zeichnung stellt ein junges Mädchen dar.(Gambar itu menggambarkan seorang anak gadis muda).
ein                    einladen             Ich lade dich zum Mittagessen ein. (Saya mengundang kamu makan siang).
fest                  festmachen        Ich mache den Hund an der Kette fest.(Saya mengikat kuat-kuat anjing itu dengan rantai)
fort                 fortpflanzen        Mance Tiere pflanzen sich im Zoo nicht fort.(Beberapa binatang yang tidak berkembang biak di kebun binatang).
her                  herkommen        Wo kommst du her?(Kamu lahir dimana).
hin                  hingehen             Wo gehen Sie hin?(Anda mau kemana?).
los                  loslassen             Lass mich los! (Lepaskan saya!).
mit                  mitkommen          Kommst du mit! (Kamu ikut!).
nach               nachlassen            Die Schmerzen lassen nach.(Sakitnya berkurang).
nieder            niederschlagen     Der Bankräuber schlug den Kassierer nieder.(Perampok itu telah memukul roboh seorang kasir).
vor              vorbereiten          Dieses Tier kommt nur in Indonesien vor. (Binatang ini hanya terdapat di Indonesia).
weg                wegräumen          Sie räumte die alten Möbel weg. (Dia membenahi perabotan tua).
weiter             weitersagen          Bitte erzählst du ihm alles weiter. (Silakan memberitahikan dia semuanya)
zu                 zuhören               Alle hören ihm aufmerksam zu.(semuanya mendengarkan dia dengan penuh perhatian).
zurück            zurückkommen     Um wie viel Uhr kommt Diana zurück? (Jam berapa Diana akan kembali?).

Konjugasi kata kerja trennbare Verben (kata kerja yang dapat dipisahkan) :
einkaufen, abholen,mitkommen, usw.
Subjekt     einkaufen     Endung     -
ich             kaufe               e         ein
du             kaufst              st         ein
er,sie,es     kauft                t          ein
wir            kaufen             en        ein
ihr             kauft                 t         ein
Sie/sie       kaufen             en        ein

B. Untrennbare Verben – Kata kerja yang tidak dapat dipisahkan

Untrennbare Verben adalah juga kata kerja yang mempunyai dua bagian kata, namun tidak dapat dipisahkan apabila dikonjugasikan. Pengucapan kata kerja ini tidak mengalami tekanan suara/aksen. Ciri-ciri untrennbare Verben adalah kata kerja yang mempunyai awalan sebagai berikut :
Präfix(awalan)     Invintiv                  Beisipel
be                       bezahlen               Ich bezahle fur das Kleid 200 Euro. (saya membayar untuk baju ini 200 Euro)
emp                    empfehlen           Er empfiehl mir, ein Taxi zu nehmen (Dia menyarankan saya untuk mengambil taxi).
ent                        enthalten               Die Flasche enthält Alkohol (Botol ini mengandung alkohol).
er                      erzählen                   Romi erzählt ihm die lügen Gesichten.(Romi menceritan dia sebuah cerita bohong)
ge                         gehören                Das Buch gehört mir. (Buku ini milik saya)
hinter                   hinterlassen            Ich hinterliesse eine Nachricht auf dem Tisch.(Saya meninggalkan sebuah catatan diatas meja).
miss                  misshandeln             Sie misshandelte ihre Kinder jahrelang. (Die menyiksa anaknya bertahun-tahun).
ver                         verkaufen                   Mein Vater verkäuft heute unser Haus. (Hari ini bapak saya menjual rumah kami).
zer                           zerreißen                    Ich zerreiße das Foto in kleine Stücke (saya merobek- robek foto ini).

Konjugasi kata kerja untrennbare Verben (kata kerja yang tidak dapat dipisahkan) :
verkaufen,erzählen, empfehlen usw.
Subjekt     verkaufen     Endung
ich             verkaufe           e
du              verkaufst         st
er,sie,es     verkaufst          t
wir             verkaufen        en
ihr              verkauft            t
Sie/sie       verkaufen         en

C. Untrennbare und trennbare Verben

Kata kerja yang termasuk untrennbare dan trennbare Verben mempunyai arti ganda. Cara membedakannya sebagai berikut :

    * Jika pengucapan awalan kata kerja tersebut mendapat tekanan suara/aksen maka dikategorikan trennbare Verben, dan akan mempuyai arti secara nyata (konkrit).
    * Jika pengucapan awalan kata kerja tersebut tidak mendapat tekanan suara/aksen maka dikategorikan sebagai untrennbare Verben, dan akan mempunyai arti kiasan (abstrak).

Ciri-ciri kata kerja yang termasuk untrennbare Verben maupun trennbare Verben adalah kata kerja yang mempunyai awalan sebagai berikut :
Präfix        Invinitiv             Typ     Beispiel
durch        durchsuchen      utv     Der Polizei durchsucht das Auto. (Polisi menyelidiki mobil itu)-Abstrak
                 durchreißen       tv      Der Faden reißt durch. (Benang itu terputus)-Konkrit
über          übersetzen         utv     Ich übersetze den Text ins Deutsch.(Dia menterjemahkan text itu ke bahasa Jerman).
                überkochen         tv     Den Milch kocht über. ( Susu itu meluap)-Konkrit
um           umfahren             utv   Wir umfahren die Stadt. (Kami menghindari kota ini)
                                          tv     Das Auto fährt den Mann um. (Mobil ini menabrak orang itu sampai tewas).
unter        untersuchen        utv     Der Arzt untersucht ihn. (Dokter memeriksa dia)-Abstrak
               untergehen           tv     Die Sonne geht unter. ( Matahari itu terbenam)-Konkrit
wieder     wiederholen         utv     Ihr wiederholt den Satz. (Kalian ulangi kalimat itu).
                                           tv     Er holt den Ball wieder. (Dia mengambil kembali bola itu).
wider     widersprechen      utv     Sie widerspricht sich selbst. (Dia menyagkal dirinya sendir).
             wiederspiegeln       tv     Der See spiegelt den Himmel wider. (Danau memantulkan cahaya angkasa)

*utv – untrennbare Verben

*tv – trennbare Verben

    Contoh 1 :

        * wiederholen – wieder (mendapat tekanan suara = trennbare Verben) berarti mengambil kembali (konkrit)
              o Er holt den Ball wieder. (Ia mengambil kembali bola itu).
        * wiederholen – wieder (tidak mendapat tekanan suara = untrennbare verben) berarti mengulang kembali (abstrak)
              o Ihr wiederholt den Satz. (Kalian mengulang kembali kalimat itu).

    Contoh 2 :

        * umfahren – um (mendapat tekanan suara = trennbare Verben) berarti menabrak hingga tewas/roboh (konkrit)
              o Das Auto fährt den Mann um. (Mobil ini menabrak lelaki itu sampai tewas).
        * umfahren – um (tidak mendapat tekanan suara = untrennbare verben) berarti menghindari dengan mengambil jalan lain (abstrak).
              o Wir umfahren die Stadt. (Kami menghindari kota itu).

Apa itu Modal verben???

Apa itu Modal verben???
Agar lebih mudah mempelajarinya perhatikan cara-cara di bawah ini..

Modalverben (kata kerja modal)
Modalverben

Kata kerja modal. Jika menggunakan 2 kata kerja, maka kata kerja kedua harus berbentuk infinitiv dan diletakkan di paling akhir kalimat. Pola kalimat :
Subjekt + Modalverb + Ergänzung + Infinitiv.

Contoh :
Ich kann Englisch.
Ich kann Englisch sprechen.
Er muss nachts arbeiten.

Pola konjugasi Modalverb :
können = bisa, dapat
ich kann
du kannst
er/sie/es kann
wir können
ihr könnt
sie/Sie können

müssen = harus
ich muss
du musst
er/sie/es muss
wir müssen
ihr müsst
sie/Sie müssen

wollen = ingin, mau
ich will
du willst
er/sie/es will
wir wollen
ihr wollt
sie/Sie wollen

dürfen = boleh
ich darf
du darfst
er/sie/es darf
wir dürfen
ihr dürftt
sie/Sie dürfen

möchten = ingin (arti hampir sama dengan wollen)
ich möchte
du möchtest
er/sie/es möchte
wir möchten
ihr möchtet
sie/Sie möchten

DEUTSCH IN SMA, WARUM NICHT??

Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat
menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai
penjuru dunia. Oleh karena itu bahasa asing selain bahasa Inggris menjadi penting.
Dengan demikian semakin jelas bahwa penguasaan bahasa asing selain bahasa Inggris,
dalam hal ini bahasa Jerman, merupakan hal yang sangat mendesak. Banyak informasi
ilmu pengetahuan baik di bidang teknik, ilmu-ilmu murni, ekonomi, psikologi maupun
seni bersumber dari buku-buku berbahasa Jerman. Selain itu bahasa Jerman merupakan
sarana komunikasi dalam pengembangan dunia pariwisata dan bisnis.
Melalui pembelajaran bahasa Jerman dapat dikembangkan keterampilan peserta didik
dalam berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan menyampaikan informasi,
pikiran, dan perasaan. Dengan demikian mata pelajaran bahasa Jerman diperlukan
untuk pengembangan diri peserta didik agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkepribadian Indonesia, dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya serta siap mengambil bagian
dalam pembangunan nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka standar kompetensi dan kompetensi
dasar ini dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi awal (dasar) berbahasa
Jerman,yang mencakup empat aspek keterampilan bahasa yang saling terkait, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Alokasi waktu yang disediakan adalah 2 jam per minggu.

Dalam kelas bahasa Jerman peserta didik dimotivasi untuk secara aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran terutama dalam mendalami sejumlah bahan bacaan, baik berupa
media cetak maupun media elektronik. Dengan bekal sejumlah pengetahuan tersebut,
peserta iik dapat mempelajari budaya lain dan lebih mengenal budayanya sendiri, sehingga
mereka dapat mempelajari suatu konsep dan berpikir secara kritis.
Pembelajaran bahasa Jerman di Indonesia bertujuan agar para peserta didik memiliki
kemampuan dasar dalam keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
untuk berkomunikasi secara sederhana.
Mata Pelajaran Bahasa Jerman terdiri atas bahan yang berupa wacana lisan dan tulisan
berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan sehari-hari,
hobi, dan wisata untuk melatih keempat aspek kemampuan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Dalam blog ini akan kami sampaikan Tata bahasa Jerman untuk SMA, yaitu:

1. Nomen :
• Nomen harus ditulis dengan huruf besar
• Nomen mempunyai Artikel.
Contoh : der Mann, die Frau, das Buch

• Bentuk jemak (Plural), selalu mempunyai Artikel die.
• Artikel unbestimmt berasal dari Artikel bestimmt
Contoh : Singular : der ein das ein die eine
Plural : die -

• Artikel selalu berubah sesuai dengan jabatan dari Nomen itu di
dalam kalimat ( subyek, obyek penderita, obyek penyerta atau
keterangan).
Contoh : Die Frau fragt den Mann.
Die Schüler kaufen das Buch.

2. Verben
• Verben selalu harus disesuaikan dengan subyeknya. ( ich, du, er, es,
sie(tunggal),wir, ihr, sie(jamak) dan Sie(bentuk hormat).
Contoh : sein – Ich bin Anti.
heißen – Wie heißt du ?
wohnen – Wir wohnen in Jakarta.

3. Modalverben
• Perhatikan konjugasinya sama seperti Verben.
• Bentuk orang pertama (ich) dan orang ketiga tunggal (er,es sie)
selalu sama
• Infinitiv (kata kerja yang belum dikonyugasikan) selalu diletakkan
diakhir kalimat.


4. Reflexive Verben
• Beberapa kata kerja mempunyai Reflexivpronomen :
Contoh : sich freuen, sich interessieren, sich setzen
• Reflexivpronomen disesuaikan dengan subyeknya.
Contoh : Ich freue mich.
Setzen Sie sich, bitte !

5. Pronomen :
Personalpronomen
• Ich (subyek) – mich (obyek penderita) – mir (obyek Penyarta) dst.
• Bentuk orang ketiga mengikuti huruf terakhir dari Artikel :
der – er, ihr das – es
die – sie den – ihn
dem – ihm den+n – ihnen .
Possessivpronomen
• Disesuaikan dengan subyek dan Artikelnya
ich – mein / meine / meinen / meinem / meiner dst.
Fragepronomen
• Ujaran-ujaran ini disesuaikan dengan apa yang ditanya
• Contoh : Was? – untuk menanyakan benda / pekerjaan
Wer? – untuk menayakan orang (subyek)
Wen? – untuk menanyakan orang (obyek) dst.

6. Präpositionen (kata depan)
• Yang diikuti Akkusativ : durch, für, gegen, ohne, um, entlang
• Yang diikuti Dativ : aus, bei, mit nach, seit, von, zu, gegenüber
• Yang diikuti Akkusativ atau Dativ : an, auf, hinter, in, neben, unter,
über, vor, zwischen

7. Adjektiv (kata sifat)
• Tingkat perbandingan :
Contoh : Adjektiv – billig
Komparativ – billiger
Superlativ – am billigsten

8. Imperativ (kalimat perintah)
• Hanya untuk orang kedua:
Contoh : du – Frag deinen Lehrer !
ihr – Fragt euren Lehrer !
Sie – Fragen Sie bitte Ihren Lehrer !
• Pada kata kerja yang mengalami perubahan vokal dari e menjadi i
atau ie, pada bentuk du, diambil dari bentuk yang sudah berubah.
Contoh : Hilf mir bitte !

9. Konjunktionen :
• Hauptsatz : aber, denn, oder, und, sondern (predikat tidak berubah
tempat)
Contoh : Ich rufe dich, aber du hörst nicht.
• Nebensatz : dass, weil, wenn, ob, obwohl (predikat di akhir kalimat)
Contoh: Ich frage dich, weil ich nicht verstehe.

10. Präteritum / Perfekt (bentuk Lampau)
• Dalam percakapan, bentuk Präteritum dipakai pada kata kerja :
haben, sein dan Modalverben.
• Kata kerja lainnya menggunakan bentuk Perfekt.
Contoh : ~ Warum bist du gestern nicht gekommen ?
= Ich hatte keine Zeit, denn ich musste meiner Mutter
helfen.

11. Negation (bentuk negatif)
• Untuk menyangkal selalu dipakai kein atau nicht.
• Kein dipakai untuk menyangkal Nomen dengan Artikel unbestimmt
atau tanpa Artikel termasuk bentuk Plural unbestimmt.
Contoh : ~ Hast du ein Auto ? = Nein, ich habe kein Auto.
= Hast du Zeit ? = Nein, ich habe keine Zeit.
~ Gibt es hier Tempel ? = Nein, hier gibt es keine.
• Selain itu untuk menyangkal, selalu menggunakan nicht.
Contoh : ~ Kommt Santi heute Abend ? = Nein, sie kommt nicht.
• Bila pertanyaan bentuk negatif, jawaban positif menggunakan doch.
Contoh : Haben Sie keine Kinder ? = Doch, aber sie wohnen nicht
hier.

Peserta didik akan lebih mudah mempelajari jika guru mengajarkan sesuai dengan alokasi waktu yaitu 2 jam per minggu. Lern Deutsch! Deustch macht spass!